Thursday, 20 August 2009

Keserakahan

Keserakahan

(bagian 2)

Disadur dari sebuah mailing list..

terdahulu : Dengan agak keheranan, Smith berkata, “Sudah tentu mereka bahagia
karena satu-satunya yang mereka lakukan adalah bermain.” “Kamu benar,”
ucap sang guru, “tetapi apa yang sesungguhnya menghalangi kaum dewasa
berbahagia seperti itu juga dapat menghalangi anak-anak berbahagia.”


Sang guru merogoh saku celananya, mengambil segenggam kepingan uang
logam, lantas menghamburkannya di tengah-tengah anak-anak yang sedang
bermain. Spontan saja semua sorak gembira terhenti. Anak-anak saling
menindih dan berkelahi untuk merebut kepingan uang tersebut.

Kemudian, guru kepala berkata kepada Smith, “Menurut kamu, hal apa
yang menyebabkan mereka mengakhiri kebahagiaan mereka?” Smith
menjawab, “Perkelahian!” Lanjut si guru, “Ya, tapi apa yang memicu dan
memacu perkelahian itu?” Agak tersipu-sipu dan ragu, Smith menjawab,
“Keserakahan.” Guru itu menjawab, “Bagus, kamu telah menemukan jawaban
sendiri.” (Diadaptasi dari Simon Filantropha, “Monster yang Memangsa
Diri Sendiri,” Jawa Pos, Rabu, 2 Januari 2008).

Kita hidup dalam lingkungan yang serakah. Keserakahan itu ada di
mana-mana. Ia bagaikan wabah penyakit yang menyebar di mana-mana dan
ke mana-mana. Mengapa orang menjarah kepunyaan orang yang lain? Salah
satunya pasti karena ada keserakahan dalam hati. Mengapa orang menipu
untuk mengambil uang orang lain? Salah satunya adalah karena
keserakahan. Mengapa hubungan persaudaraan bisa runtuh ketika
menyentuh soal warisan? Salah satunya pasti karena keserakahan.

Nabi Muhammad SAW berkata : “Seandainya anak Adam memiliki satu lembah
emas, niscaya ingin memiliki lembah emas kedua ; seandainya ia
memiliki lembah emas kedua, ia ingin memiliki lembah emas yang ketiga.
Baru puas nafsu anak Adam kalau sudah masuk tanah. Dan Allah akan
menerima taubat orang yang mau kembali kepada-Nya.” (hadis riwayat
:Bukhori Muslim)

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keserakahan itu tidak ada
habisnya. Kelaparan dan kemiskinan terjadi karena adanya orang-orang
yang serakah menumpuk harta dan tidak mau membagi hartanya kepada
orang yang miskin.

Tak pantas kita hidup mewah dan mempromosikan kemewahan sementara
banyak orang miskin di sekeliling kita. Banyak anak-anak dan
balita-balita miskin yang berkeliaran di jalan untuk mencari makan.
Mereka bukan hanya menghadapi kemiskinan, tapi juga mendapat resiko
diperkosa oleh orang-orang dewasa. Harusnya dengan uang yang ada kita
membantu mereka ke luar dari kemiskinan sehingga tidak berkeliaran di
jalan mencari uang, tapi saat ini seperti semua orang berlomba mencari
harta yang banyak untuk di pamerkan ke lingkungan sekitar, sadarilah
keserakahan tidak akan membawa manfaat selain kehancuran dan
penderitaan yang tiadak

Meski kita tetap harus berusaha dalam hidup ini, namun biasakan hidup
merasa cukup dan selalu bersyukur niscaya anda akan bahagia. Orang
yang serakah dan tidak pernah merasa puas, selalu merasa ada yang
kurang dan tidak bahagia, keserakahan adalah awal dari sebuah
kejahatan yang lebih besar. Jadi hentikan keserakahan dan gaya hidup
mewah mulailah hidup sederhana dan rajin berbagi, untuk kehidupan kita
yang lebih baik, sekarang dan yang akan datang.

"Kebahagian bukan dari harta, melainkan dari hati yang menerima dan bersyukur"
--
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
------------ --------- --------- -------
SINCERITY, SPEED, INOVATION & INDEPENDENCY
------------ --------- --------- ----
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita
yang telah dilabuhkan sampai kebelakang tabir.


No comments:

Post a Comment