Friday, 15 May 2015

8 Hasil Penelitian terkait Perselingkuhan

Ilustrasi selingkuh
Ilustrasi selingkuh (Istimewa)

Amerika Serikat - Perselingkuhan dalam sebuah hubungan cinta selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan, bahkan di kalangan peneliti. Beberapa peneliti bahkan mengambil topik ini untuk mencoba mengerti alasan maupun tipe-tipe. Berikut ini rangkuman beberapa hasil penelitian terkait perselingkuhan yang disitir dari YourTango:
1. Kebanyakan orang yang berselingkuh penyuka genre musik rock 'n roll
Musik dan hubungan percintaan punya hubungan. Setidaknya demikian disimpulkan dalam sebuah penelitian yang menyatakan, 41 persen orang yang berselingkuh mengaku suka genre musik rock. Di posisi berikutnya adalah penyuka genre musik pop (16 persen), genre country (11 persen), musik klasik (tujuh persen), dan rap/hip-hop (dua persen).
2. Ketika perempuan berselingkuh, itu adalah hal yang berbahaya
Untuk beberapa alasan, kebanyakan orang menyimpulkan, pihak yang lebih memungkinkan untuk berselingkuh adalah kaum adam. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, ada pula perempuan yang berselingkuh. Hanya saja, dua pihak ini berselingkuh untuk alasan berbeda. Bagi perempuan yang berselingkuh umumnya untuk memenuhi kebutuhan emosional, sementara laki-laki untuk memenuhi kebutuhan fisiknya.
Ketika ada kaitan dengan kekurangan pemenuhan emosional, besar kemungkinan hubungan terpecah lebih besar ketimbang hanya karena masalah pemenuhan kebutuhan fisik.
3. Orang yang berselingkuh umumnya bahagia dalam hubungannya
Orang yang berselingkuh tidak selalu berarti sedang mengalami masalah dengan pasangan utamanya. Sebab, seringkali ditemukan pula, orang yang berselingkuh sebenarnya bahagia dalam hubungan utamanya, dan tidak berencana untuk berpisah. Menurut Rutgers University, sebanyak 56 persen lelaki yang berselingkuh sedang menjalani hubungan yang bahagia dengan pasangannya. Sekitar 34 persen perempuan yang berselingkuh mengaku merasa penuh dalam hubungan utamanya. Alasan mereka melakukannya? Karena bisa dan ada kesempatan.
4. Jadi lebih sering intim dengan pasangan utamanya
Menurut pakar hubungan Mary Jo Rapini, ketika nafsu bercinta terstimulasi dan terpuaskan dalam

Thursday, 14 May 2015

Hal Penting Agar Hubungan Pasangan Suami Istri Terus Hangat

Ilustrasi pasangan.
Ilustrasi pasangan. (Indian Express)

Jakarta - Kegiatan berpacaran tidak hanya perlu dilakukan sepasang kekasih yang baru saja menjalin kisah kasih. Pasangan yang sudah berumah tangga disarankan untuk tetap melakukan aktivitas pacaran. Sebab, berpacaran dipercaya bisa kembali menumbuhkan rasa cinta terhadap pasangan.
"Menjaga keromantisan itu penting. Salah satunya adalah dengan berpacaran," kata relationship coach Indra Noveldy di Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (23/4).
Indra membagi pengalamannya menangani pasangan suami istri yang mengonsultasikan hubungannya rumah tangganya. Indra menerangkan, ia kerap menanyakan pernyataan sederhana yang sulit dijawab oleh pasangan suami istri.
"Saya sering berikan pertanyaan sederhana kepada pasangan suami istri yang sudah menikah selama

Wednesday, 13 May 2015

Momen, Kunci Kelanggengan Hubungan Cinta

Ilustrasi pasangan
Ilustrasi pasangan (Istimewa)

Jakarta - Tolok ukur keberhasilan berumah tangga bukan dilihat dari seberapa lama pasangan tersebut sudah menjalin hubungan. Menurut relationship coach Indra Noveldy, kunci kelanggengan hubungan suami istri justru dilihat dari seberapa banyak momen yang diciptakan
"Bukan masalah sudah berapa lama bersama, tetapi berapa banyak momen yang diciptakan bersama," kata Indra di Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (23/4)
Momen yang diciptakan juga tidak harus berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti hari ulang tahun, hari kasih sayang, maupun hari pernikahan. Momen-momen sederhana juga bisa menciptakan kelanggengan hubungan.
Misalnya, masak bersama, mencuci bersama, hingga hal paling sederhana berupa mengobrol di kasur sebelum tidur, bisa menjadi sebuah momen romantis yang semakin mempererat hubungan suami istri. "Banyak orang kaitkan romantisme dengan tindakan dan keadaan. Padahal esensi romantis lebih pada apa yang dirasakan oleh orang itu. Contohnya sesederhana masak bersama. Itu bisa jadi act of romantism," imbuh Indra.
Selain momen kebersamaan, kunci keharmonisan rumah tangga lainnya, menurut Indra, adalah komunikasi. Komunikasi, bukan dengan hanya cara berbicara, namun justru mendengar. Menjadi orang yang mendengarkan pasangan inilah yang sulit dan harus dilatih.

Beritasatu.com/Rizky Amelia/NAD

Tuesday, 12 May 2015

PERMASALAHAN YANG ADA DI MASYARAKAT DESA

(Bagian pertama)

A. Kondisi yang ada

Desa desa yang berada di sekitar pengunungan Kendeng Selatan merupakan desa yang memiliki alam yang masih alami. Pepohonan masih banyak terdapat di sana sini, jalan yang berliku liku kadang menanjak kadang menurun, kanan kiri jalan masih banyak pepohonan.  Kalau kita melewati jalan jalan yang ada di pegunungan Kendeng Selatan khususnya di Kecamatan Somagede dan Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas tidak jarang kita jumpai kanan kiri jurang. Terkadang kita juga jumpai perkampungan yang rata-rata penduduknya mengandalkan dari hasil jasa, hasil pertanian dan bercocok tanam di lahan tanah mereka yang ditanami tanaman bermacam macam. Ada yang ditanami tanaman singkong, ada juga yang ditanami pohon pisang, ada yang ditanami buah buahan, ada juga yang ditanami tanaman keras seperti pohon albasia, pohon cengkeh, pohon karet, pohon jati. Masyarakat desa di Kecamatan Somagede dan Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas yang berada di lembah  pegunungan Kendeng Selatan mengandalkan dari hasil pertanian, bercocok tanam, jasa dan perdagangan. Dari semua itu, masih adanya permasalahan-permasalahan yang timbul

Studi: Jauhi Sosial Media Bila Ingin Hubungan Langgeng

Media sosial
Media sosial (Istimewa)
Inggris - Bila Anda ingin hubungan pernikahan atau percintaan tetap langgeng dan berjalan hingga lama, ada baiknya untuk mengurangi waktu menggunakan layanan sosial media. Studi mengungkap, banyak perpisahan hubungan terpicu akibat sosial media.
Satu dari tujuh orang di Inggris mengaku mempertimbangkan mengajukan perceraian akibat melihat aktivitas mencurigakan dari pasangannya di Facebook, Twitter, Whatsapp, Snapchat, dan Skype. Demikian kesimpulan yang ditarik dari 2.000 orang responden sudah menikah di Inggris, demikian disitir dari Huffington Post, Jumat (1/5).
Sekitar seperempat responden dari penelitian yang dilakukan oleh firma hukum Slater and Gordon ini mengaku rutin berdebat dengan pasangannya setidaknya sekali dalam sepekan akibat urusan terkait sosial media. Sekitar 17 persen responden bahkan mengaku berdebat dengan pasangannya setiap hari akibat masalah ini.
Sementara di Amerika Serikat, pengacara perceraian sepakat, dalam lima tahun terakhir sosial media secara pesat menjadi sumber masalah dalam hubungan pernikahan. Di tahun 2010, sekitar 81 persen pengacara perceraian yang disurvei oleh American Academy of Matrimonial Lawyers menyaksikan peningkatan kasus yang menggunakan jejaring sosial sebagai alat bukti.
Para pengacara perceraian ini mengatakan, Facebook adalah sumber utama untuk mencari bukti di dunia maya. Bahkan, 66 persen pengacara perceraian mengaku menemukan bukti dengan menyisir situs jejaring sosial tersebut.

beritasatu.com/Nadia Felicia/NAD
Huffington Post

Hidup Ini Sandiwara, Bukan Belaka!



Dari kecil kita mendengar hidup ini sandiwara tetapi karena – mungkin – ditambah embel-embel “belaka” akhirnya konotasi yang melekat terkesan hidup ini main-main, apalagi terkadang masih ditambah di depannya kata “hanyalah”. Lengkaplah kesan main-main itu. Padahal sandiwara adalah exhibisi permainan (the game) yang berbeda dengan main-main. Permainan memiliki konsekuensi penilaian kalah dan menang. Konsekuensi itu juga melahirkan dampak psikologis bagi pemain dan bentuk penerimaan di tingkat penonton. Kalau permainan dapat dimenangkan maka akan membuat pemain (baca: kita) merasa puas (satisfied) dan membuat penonton memberi reward. Sebaliknya jika kalah maka pemain merasa kecewa (dissapointed) dan penonton tidak punya alasan riil untuk memberi reward. Tidak hanya itu saja, bahkan kekalahan itu sering menghabiskan waktu, energi, dan perhatian kita untuk membuat “pembelaan-diri” dengan segala cara agar penonton tidak mengecam kekalahan.